Serba-serbi

PANCASILAIS DAN AGAMIS
A: Apa beda pancasilais dan agamis?
B: Pancasilais pasti agamis, agamis belum tentu pancasilais.
A: Kok bisa?
B: Kan Sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa.
A: Lho apakah berketuhanan harus beragama?
B: Berketuhanan tanpa beragama sama dengan mau upahnya tapi nggak mau kerjanya.
A: Jadi?
B: Pilihlah satu agama, laksanakan dengan benar, dan jangan menghujat agama lain, karena agama adalah pilihan hati. Laksanakan juga sila-sila lainnya. Maka, barulah kau bisa disebut Pancasilais Sejati.

PANCASILA SEBAGAI MANUAL BANGSA
.

.
PANCASILA SI UCOK
Si Ucok Klas III SD Mendapat tugas dari Guru PPKN bahwa besok masing-masing murid besok harus maju ke depan klas untuk menghapal PANCASILA.
Esok harinya anak-anak klas III SD tsb masing dengan sifatnya anak-anak, ada yang santai-santai saja ada yang tegang menunggu giliran, tapi yang kelihatan percaya diri adalah si Ucok anak dari Medan karena dia hapal sekali jadi dia begitu enjoy malah sempat menggoda temennya yang lagi kelihatan bingung.
Giliran pertama maju kedepan adalah si Bejo walaupun agak gugup dia masih bisa hapal Pancasila. Anak-anak bersorak sorai memberi semangat kepada Bejo.
Giliran kedua si Buyung maju ke depan klas ternyata si buyung lebih lancar alias hapal sedikit dari si Bejo sehingga tepuk tangan lebih meriah terdengar.
Kemudian guru PPKN berkata, "Anak-anak, Bapak merasa bangga dengan kalian. Kedua teman kalian hebat. Sekarang kita sambut teman kita, Ucok..." kata bapak guru.
Ucok dengan gaya khasnya dari Medan apalagi dia merasa hapal sekali dan percaya diri yang tinggi maju kedep`n semua teman-temannya hening menunggu Ucok menghapalkan Panca sila.
"PancaSila!", awal si Ucok.
"Satu," kata siUcok dengan gaya bahasa bataknya yang kental, "Ketuhanan Yang Maha Esa!"
"Dua. Kemanusiaan yang adil dan beradab!".
Sampai disini teman-temannya memberi tepuk tangan yang meriah sekali. Saking meriahnya si Ucok ikut terbawa sehingga dia lupa Pancasila yang ketiga itu apa.
Semua teman-temannya diam dan kelas hening. Si Ucok tambah bingung, yang dihapal kok jadi hilang. Keringat bercucuran Si Ucok sudah habis akal. Dia lupa sama sekali sila yang ketiga dan seterusnya itu apa.
Tapi namanya si Ucok tidak kalah akal. Dengan gaya bataknya yang khas dan suara yang nyaring diucapkanlah
"Tiga, Empat dan Lima, tidak ada perubahan!!" kemudian negloyor duduk ke bangkunya.
http://siezhien.wen.ru/stres/1/cerita112.txt
.
ANIMASI BENDERA DAN GARUDA PANCASILA







...
LAGU GARUDA PANCASILA
.

Copy dan paste di Edit HTML
<embed height="40" loop="true" src="http://www.4shared.com/embed/v5KVNAgP" type="application/x-shockwave-flash" width="300"></embed>


PANCASILA VERSI BUTA HURUF
Pak Kades merupakan kepala kampung didesanya.Walau tak pernah sekolah dia diangkat karena kearifan dan bijaksananya. Suatu waktu beliau diundang dalam upacara sekolah. Seperti biasa pembacaan pancasila pun pasti ada, maka ditunjuklah beliau untuk membacakannya. Maka:
Pancasila.
1.Bintang nan jauh dimata
2.Tali rantai dari baja
3.Pohon beringin banyak hantunya
4.Kepala kerbau panjang tanduknya
5.Kapas putih warnanya, padi makanan kita
Ternyata beliau hanya membaca gambarnya saja



PANCASILA VERSI BAHASA DAERAH
Pancasila (Ambon)
1. Torang samua tawu cuma ada Tuang Allah yaitu Tete manu...
2. Orang ambon samu harus tau adat
3. Acang deng obet harus bisa bakubae
4. Paitua deng maitua harus bae-bae di rumah rakyat
5. Samu harus bisa jaga diri karna ambon lapar makan orang..........

Pancasila (Batak Toba)
1. Dang adong na pajago-jagohon di jolo ni Debata
2. Maradat tu sude jolma
3. Punguan ni halak Indonesia
4. Marbadai … marbadai, dungi mardame
5. Godang pe habis saotik pe sukkup

Pancasila (Jawa Ngoko)
siji     : Gusti Alllah ora ono koncone
loro    : Dadi wong ojo kejem-kejem
telu    : Indonesia bersatu kabeh
papat : Karo tonggo-tonggo nek ono masalah diomongno bareng-bareng
limo   : Mangan ga mangan sing penting kumpul


Poncosilo (jawa kromo)
kaping setunggal  : Gusti ingkang Maha satunggal
kaping kalih         : Tiang ingkang Adil lan beradab
kaping tiga           : Persetunggalan Indonesia
kaping sekawan   : Kerakyatan ingkang dipimpin kaliyan hikmat lan kewicaksonoan dateng
 permusyawaratan kang diwakilkan.
kaping gangsal    : Adil kang sosial kangge sakabehe tiang Indonesia

Pancasila (Manado)
1. Cuma boleh ba satu Tuhan
2. Selalu adil kong ja pake ontak
3. Torang samua satu, Bangsa Indonesia
4. Tu rakyat musti selalu bakumpul kong bicara bae-2 supaya selalu ada kaputusan gaga
    yang samua trima deng sanang hati.
5. voor seluruh rakyat Indonesia, nyanda ada tu jabaku kase beda-2 perlakuan…

Pancasila(Palembang)
sute      : Tuhan ne sute tu’la
due       : jelme harus khapat same rate
tige       : jelme Indonesia ne bersatu padu
empat   : jdlme Indonesia ne diketuci ngai hikmah dimane ngedapatkan jawaban dadi
              gegale masalah
Leme    : kesameratean hidup ne jelmekangok Indonesia…

Pancasilo (Padang)
ciek      : Bintang Basagi Limo
duo       : rantai pangikek kudo
tigo       : pohon baringin gadang ta'mpek kito bacinto
ampek  : kapalo banteng bataduk duo
limo      : padi jo kapeh pambaluik nan luka

Pancasila (Sunda)
hiji        : Gusti Allah eta sorangan sareng ageng pisan
dua       : ka sorangan teh sikapna kudu sami, ulah ngabeda-beda keun
tilu        : Indonesia kuduna mah jadi hiji
opat      : Ra’yat Indonesia sae na pang mutuskeun sagala teh disepakatkeun heula.
              Kedah bager lan bijaksana
Lima     : ceunah teh sikap sosialna kudu adil hiji sareng batur.

*Sumber tidak jelas, banyak beredar di internet

PANCASILA versi Partai Koruptor Indonesia

Pancasila 2011

1. Keuangan Yang Makin Kuasa
2. Korupsi yg adil dan merata.
3. Persatuan mafia hukum Indonesia.
4. Kekuasaan yg dipimpin oleh nafsu kebejatan dalam persekongkolan dan kepura-puraan.
5. Kenyamanan sosial bagi seluruh keluarga penjabat dan wakil rakyat
*Sumber tidak jelas, banyak beredar di internet






*
TOLERANSI VS TENGGANG RASA
Toleransi dan tenggang rasa mempunyai arti yang mirip. Akan tetapi dalam penggunaannya timbul pergeseran arti, sehingga kurang lebih menjadi seperti berikut: Toleransi adalah cara kita menjaga perasaan kita terhadap perbuatan orang lain. Tenggang rasa adalah cara kita menjaga perasaan orang lain terhadap perbuatan kita.



MENJAGA TRANSPARANSI DAN KOMUNIKASI
Menjaga transparansi dan komunikasi adalah penting sekali untuk mencegah dan mengantisipasi hal-hal yang bisa merugikan antara dua belah pihak.
Baca selengkapnya >>

Hikmat dan Kebijaksanaan mempunyai arti yang hampir sama, Hikmat lebih ke arah ketinggian level batin, sedangkan Bijaksana lebih ke arah ketinggian level berpikir. Hikmat dapat diartikan sebagai wawasan dan kemampuan untuk menalar jauh ke depan melampaui alam kehidupan di dunia saja. Orang yang berhikmat memandang kehidupan dunia adalah satu kesatuan dengan kehidupan di akhirat kelak. Mereka memahami betul hakekat dari baik dan buruk, sehingga mereka tidak akan mengeksploitasi kehidupan dunia tanpa memikirkan akibatnya kelak di akhirat.

Bijaksana adalah wawasan dan kemampuan untuk berpikir jauh ke depan di dunia ini. Orang yang bijaksana mampu menganalisa akibat suatu tindakan, manfaat dan mudharatnya bagi orang lain (bangsa, masyarakat) maupun bagi diri mereka sendiri, tidak hanya jangka pendek, tetapi juga jangka menengah, dan jangka panjang bahkan sesudah mereka tidak hidup di dunia ini lagi.

Dengan kata lain para pemimpin, termasuk didalamnya adalah para wakil rakyat, haruslah orang-orang yang bermoral, berilmu pengetahuan tinggi, dan punya wawasan intelektual yang lengkap. Para pemimpin dan wakil rakyat harus orang-orang pilihan yang terbaik dari yang diwakilinya. Mereka harus memiliki Hikmat Kebijaksanaan yang lebih unggul dari yang diwakili.

Pada dasarnya, seluruh nilai-nilai luhur yang dikandung Pancasila adalah termasuk di dalam Hikmat Kebijaksanaan ini. Nilai-nilai luhur itu adalah: nilai-nilai luhur agama di Sila 1, nilai-nilai luhur kemanusiaan di Sila 2, nilai-nilai pentingnya persatuan di Sila 3, nilai-nilai keutamaan dari demokrasi kerakyatan di Sila 4, dan pemahaman tentang keadilan sosial sebagai tujuan akhir dan pedoman arah bagi sila-sila sebelumnya di Sila 5.